Jumat, 01 Maret 2013

Schoolscriften "Sijundai"

Oleh : Muhammad Ilham

"..... gadis2 dalam asrama itoe saija liat sedang meratjau, memanjat dinding. mareka itoe terkena tenung sidjoendai, sematjam sihir jang dilakoekan sa' orang anak moeda di sabuah goeboek puntjak goenoeng jang mamoetar gasing jang dari tengkorak manoesia karena tersinggoeng diloedahi sa' orang anak parampoean itoe jang ia nja soeka pada anak parampoean itoe".

(Schoolscriften, A. Wahab, "boeah tangan dari Padang", Perempoean Bergerak, 16 Juli 1919 : Arsip-fotocopi di PDIKM)


(c) perekacipta

Sekarang "Sijundai" boleh dikatakan hampir punah. Karena dulu, ranah dan jangkauan yang tak luas, membuat seorang laki-laki, bila ditolak seorang perempuan, ia akan merasa tersudut, apalagi diludahi. Dan, sijundai akan "bermain". Tapi pada masa kini, bila seorang anak muda ditolak seorang perempuan, ia akan berkata, "kumbang tak seekor, kuntum tak setangkai, dunia ini luas, banyak nan cantik lagi kamek". Ranah jangkauan telah semakin luas. SIJUNDAI mungkin jadi "catatan sejarah". hehehe.

(sekitar awal tahun 1980-an, di kampung saya, saya terakhir melihat wanita kena SIJUNDAI. ia berlarian sepanjang jalan, menjerit-jerit dengan rambut tergerai. setelah itu, tak pernah terdengar lagi .......... sampai hari ini).

Tidak ada komentar: