Minggu, 20 Juni 2010

Singgasana Terakhir Padjajaran

Ditulis ulang : Muhammad Ilham (cq. Deddi Arsya)

Jika Anda pernah membaca Arus Balik Pramoedya Ananta Toer, Anda tentu tahu, bahwa epos sejarah itu berbicara tentang detik-detik menjelang kehancuran Majapahit, yaitu di saat negara-negara Islam mulai melebarkan kekuasaan politik mereka di pulau Jawa. Jika Arus Balik berbicara tentang keresahan negeri-negeri Hindu di bagian tengah dan timur Jawa dalam menghadapi dominasi kekuasaan-kekuasaan Islam yang mulai tumbuh, novel yang saya bahas ini berbicara persoalan yang lebih-kurang mirip, namun dengan latar kerajaan Hindu terakhir di bagian barat Jawa: Pakuan Pajajaran. Cerita dibuka: Syahbandar dan beberapa orang penjaga pelabuhan sedang asyik berburu babi di pinggiran pelabuhan Sunda Kelapa. Di tengah keasyikan berburu, dari arah pelabuhan mengepul api dan asap yang membubung tinggi ke udara. Sekelompok perusuh telah membakar bandar penting milik kerajaan Pakuan Pajajaran berikut beberapa kapal dagang yang tersandar di sana.

Siapakah perusuh yang membakar pelabuhan? Pelacakan dan pencarian mulai dilakukan prajurit-prajurit kerajaan. Terdapat indikasi bahwa kerajaan Islam Cirebon dan Demak yang mulai berkembang di tanah Jawa itu mendalangi penyerangan terhadap pelabuhan Sunda Kelapa. Mereka berencana hendak merebut Sunda Kelapa, atau setidak-tidaknya berusaha mengalihkan konsentrasi dagang dari Sunda Kelapa ke pusat-pusat perdagangan mereka di pesisir utara Jawa yang lain. Lalu ketegangan dan pergolakan antara kerajaan Pakuan Pajajaran yang Hindu dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai tumbuh di sekitarnya seperti Cirebon dan Demak mendominasi epos sejarah ini kemudian. Keberadaan Sunda Kelapa atau Bandar Kelapa sebagai pelabuhan dagang adalah salah satu pemicu. Sunda Kelapa sebagai pelabuhan penting dalam perdagangan Nusantara ketika itu masih berada di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran diperebutkan oleh beberapa daerah di sekitarnya yang telah memeluk Islam dan memproklamirkan diri sebagai kerajaan Islam. Demak misalnya sebagai kerajaan Islam pertama di tanah Jawa telah melebarkan pengaruhnya sampai jauh. Cirebon yang mulanya adalah sebuah provinsi Pakuan kini telah direbut Demak dan diislamkan. Sementara di paling ujung barat pulau Jawa, Banten, perlahan-lahan mulai berdiri sebagai kerajaan Islam Sunda yang kelak akan besar. Mereka sama-sama mengincar Sunda Kelapa.

Novel sejarah ini mencatat bagaimana kekuasaan Hindu nyaris terdesak di mana-mana oleh perkembangan Islam yang begitu pesat. Ketegangan antara negara-negara Islam yang mulai tumbuh dan kerajaan-kerajaan Hindu yang kehilangan pamor memang menjadi kecendrungan masa itu, abad yang dibicarakan novel ini. Tidak hanya di barat pulau Jawa, ke arah timur misalnya ketegangan semacam ini juga terjadi antara bekas-bekas provinsi Majapahit yang telah hancur dengan negara-negara Islam yang baru berdiri itu. Majapahit telah runtuh dan hanya menyisakan sedikit daerah di timur pulau Jawa seperti di Blambangan dan Pasuruan (seperti dicatat Arus Balik). Novel sejarah ini menyorot detik-detik menjelang kehancuran kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran. Pakuan Pajajaran berada di bawah ancaman serangan dari kerajaan-kerajaan Islam di sekitarnya. Ketika kecemasan akan diserang oleh kerajaan-kerajaan Islam itu semakin meningkat, Pakuan terpaksa memohon bantuan dari Portugis yang ketika itu tengah bercokol di Malaka. Di samping itu, intrik-intrik dalam tubuh kerajaan sendiri semakin melemahkan Pakuan Pajajaran. Abdi-abdi kerajaan saling menjatuhkan untuk memperoleh jabatan penting. Kegelisahan-kegelisahan abdi-abdi negara Pakuan disorot secara tajam, dan intrik-intrik politik pembesar-pembesarnya didedahkan. Meskipun sesungguhnya tokoh-tokoh penting dalam novel ini adalah orang-orang di pinggiran kekuasaan.

Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang pesinden dan penari istana bernama Retnayu. Ia berasal dari desa pedalaman Sunda yang jauh dari ibukota kerajaan. Karena kecantikan dan kemahirannya menembang dan menari, seorang senapati mengambilnya menjadi istri kedua. Ia dibawa ke ibukota dan hidup dalam lingkungan keraton sebagai pesinden. Sekalipun hidup di lingkungan keraton, ia sesungguhnya tidak bahagia. Bukan saja karena statusnya sebagai istri kedua, tetapi juga karena ia tidak pernah mencintai suaminya itu, karena ia dikawinkan secara paksa oleh ayahnya. Diam-diam Retnayu menaruh hati kepada seorang kepala pasukan elit kerajaan Pakuan Pajajaran bernama Adeghada. Ia memimpikan hidup bersama lelaki itu suatu waktu kelak meskipun impian itu tak pernah berani ia utarakan. Sampai ketika suaminya hilang di tengah lautan setelah kapal yang ditumpanginya dihantam badai dalam perjalanan pulang dari perlawatan kenegaraan ke Malaka yang ketika itu dikuasai Portugis, impian itu perlahan-lahan mendapat tempatnya. Walaupun sempat bersedih, dengan kematian suaminya ia merasa terbebas dari penderitaannya selama ini. Adeghada pun sebenarnya menyimpan maksud hati yang sama. Mereka kemudian menikah.

Adeghada (tokoh utama lain dalam novel ini) melakoni kehidupan yang dilematis. Sebagai prajurit elit kerajaan, ia harus tunduk-setia kepada titah Sang Prabu, sementara di lain sisi ia juga terikat sumpah pada seorang mantan senapati (mantan suami Retnayu yang ternyata berhasil selamat dari hantaman badai). Mantan senapati itu dengan ambisius hendak mengembalikan jabatannya yang telah direnggut oleh oranglain setelah ia dianggap hilang di lautan dalam perjalanan pulang dari Malaka. Ia menginginkan Adeghada membantunya mewujudkan ambisinya itu. Mantan senapati yang ambisius itu menjebak Adeghada. Adeghada akhirnya terdepak dari lingkungan militer, hampir dihukum mati, tetapi raja Pakuan meringankan hukumannya dengan hanya menjadikannya seorang tetega (rahib dalam Hindu-Sunda). Selama Adeghada menjalani hukuman, pimpinan pasukan elit kerajaan diambil-alih oleh orang lain yang tidak cakap. Akibatnya dalam tubuh pasukan elit kerajaan muncul perpecahan di antara prajurit karena tidak ada pemimpin yang cakap yang mampu menyatukan mereka. Sementara ancaman semakin besar datang dari Demak, Cirebon, dan Banten. Di lain pihak, beberapa daerah Pakuan juga memberontak terhadap ibukota. Akhirnya, Adeghada dipanggil kembali untuk memimpin pasukan elit kerajaan. Di bawah Adeghada perang berkecamuk di mana-mana. Negera-negara Islam yang semakin kuat dan dengan gencar menyerang. Pemberontakan di daerah-daerah Pakuan juga meletus di waktu yang bersamaan.

Sebagai penutup: Sebuah novel sejarah berpotensi untuk terjerumus dalam lumpur hitam carut-marut pertarungan kekuasaan dan intrik-intrik politik seperti yang mendominasi halaman kitab-kitab sejarah jika ia tak lebih dari sekedar mendedahkan fakta-fakta. Jika telah begitu, akibatnya, novel sejarah kehilangan daya pukau sebagai karya sastra; ia menjadi pontong tangan yang tak bisa menyentuh dada kemanusiaan. Tatang Sumarsono tampaknya memahami ini, sehingga ia tidak begitu larut dalam membicarakan orang-orang besar dalam lingkungan politik keraton, tetapi ia mencoba menghadirkan orang-orang kecil di pinggiran arus deras kekuasaan, yang terdepak, yang tak memberi pengaruh yang berarti terhadap perubahan sejarah, tetapi sesungguhnya ada sebagai manusia. Meskipun tak dapat kita menutup mata, beberapa kelemahan novel ini juga terasa misalnya: ketegangan cerita yang mengendor di pertengahan novel bahkan terus terasa sampai ke akhir cerita. Selain itu, kadang dialog-dialog antar tokoh yang seharusnya bisa diringkas dan dipepatkan menjadi berpanjang-panjang dan bertele-tele, sehingga terasa membosankan. Tak apalah, novel ini tetap layak untuk dijadikan refesensi mengenal akhir-akhir keruntuhan kerajaan Hindu terakhir di tanah Pasundan.

1 komentar:

Kisah sukses mengatakan...

KISAH SUKSES SAYA JADI TKI – Ke Jepang, berkat bantuan Bpk DRS. HERMONO, M.A yang bekerja di BNP2TKI jakarta beliau selaku sekertaris utama BNP2TKI pusat no hp pribadi beliau 0853-9845-2347
kisah cerita saya awal jadi TKI
Perkenalkan Nama saya ridwan kisah Sukses saya menjadi TKI – Ke Jepang, berkat bantuan Bpk DRS. HERMONO, M.A yang bekerja di BNP2TKI jakarta beliau selaku sekertaris utama BNP2TKI pusat no hp pribadi beliau 0853-9845-2347
kisah cerita saya awal jadi TKI
Perkenalkan Nama Saya

Ridwan surabaya jawa timur
Disini saya akan bercerita kisah sukses yang menjadi kenyataan mimpi Beliau.
KEGIATAN SEBELUM MENGIKUTI PROGRAM.
Seperti para pemuda umumnya dan dengan kondisi ekonomi Keluarga saya yang pas-pasan saya ikut merasa prihatin dan menghendaki adanya perubahan ekonomi dalam keluarga saya. Saya lahir di salah satu kampung terpencil di kota surabaya jawa timur, dimana struktur tanah tempat kelahiran dia adalah pegunungan dengan mata pencaharian masyarakat sekitar petani dan beternak. Pengorbanan keluarga yang selama mendidik, membina dan membiayai hidup saya selama ini tak cukup hanya sekedar saya mengikuti jejak orang tua saya menjadi petani, saya harus membuktikan kepada keluarga untuk menjadi yang terbaik, tetapi dimana dan bagaimana? Sisi lain saya tau saya hanya lulusan SLTA sedangkan lowongan pekerjaan hanya diperuntukan bagi lulusan Diploma dan Strata 1.
Pada pertengahan tahun 2016 saya bertemu dengan seorang teman lama di Jalan Raya waru sidoarjo. Dia memperkenalkan saya dengan salah satu pejabat BNP2TKI PUSAT, Beliau adalah SEKERTARIS UTAMA BNP2TKI, DRS. HERMONO, M.A. Alamat BNP2TKI Jalan MT Haryono Kav 52, Pancoran, Jakarta Selatan 12770.
Saya diberikan No Kontak Hp Beliau, dan saya mencoba menghubungi tepat jam 4 sore, singkat cerita saya'pun menyampaikan maksud tujuan saya, bahwa sudah lama saya mengimpikan bisa bekerja di japang. Beliaupun menyampaikan siap membantu dengan bisa meluluskan dengan beberapa prosedur , saya rasa prosedur itu tidak terlalu membebani saya. Dari sinilah saya menyetujui nya, yang sangat membuat Aku bersyukur adalah bahwa saya diminta melengkapi berkas untuk saya kirim ke kantor beliau dan sayapun disuruh menyiapkan biaya pengurusan murni sebesar Rp. 22.500.000. Inilah puncak kebahagiaan saya yang akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di negeri sakura japang.
Akhirnya saya mendapat panggilan untuk ke jakarta untuk dibinah selama 2 minggu lamanya, suami saya hanya diajarkan DASAR berbahasa japang. Makna yang terkandung di dalam'nya sangat luar biasa dirasakan oleh saya, tanggung jawab, disiplin, berani dan sebagainya merubah total karakter saya yang dulu cengeng dan kekanak-kanakan, walau kadangkala saya masih belum begitu yakin apakah dia bisa berangkat Ke Jepang dengan baik, akhirnya saya mendapat Contrak kerja selama 3 tahun lamanya di bidang industri.
Rasa pasrah dan khawatir menghinggapi saya saat itu, seorang anak kampung berangkat ke Jepang dengan menggunakan pesawat terbang yang sebelum belum pernah saya rasakan sebelumnya. Jangankan naik di atas pesawat melihat dari dekatpun suami saya belum pernah sama sekali.Di Bandara Soekarno Hatta kami di temani oleh petugas Depnakertrans dan IMM Japan untuk melepas keberangkatan saya, rasa haru dan air mata sedih berlinang di pipih saya pada saat saya di izinkan prtugas untuk pamit kepada keluarga yang kebetulan saya diantar oleh paman di jakarta, kami saling berpelukan dan mohon salam dan restu dari orang tua dan keluarga.
MASA MENGIKUTI PROGRAM KEBERANGKATAN DI JEPANG.
Setibanya di NARITA AIRPORT Jepang, saya dijemput oleh petugas IMM Japan yang ada di sana, dan dia diantar ke Training Centre Yatsuka Saitama-ken untuk mengikuti pembekalan sebelum di lepas ke perusahaan penerima magang di Jepang. jika anda ingin seperti saya anda bisa, Hubungi Bpk sekertaris utama BNP2TKI, DRS. HERMONO, M.A ini No Contak HP pribadi Beliau: 0853-9845-2347 siapa tahu beliau masih bisa membantu anda untuk mewujudkan impian anda menjadi sebuah kenyataan.