Sabtu, 21 November 2009

Dari Film "KIAMAT 2012"

Oleh : Muhammad Ilham

Hingga tulisan ini diposting, saya belum pernah menonton film ”2012” secara utuh. Film yang telah diharamkan Majelis Ulama Indonesia (?) ini, menjadi perbincangan hangat. Inilah satu-satunya film yang belakangan ini menarik minat dan analisis dari hampir seluruh masyarakat dari berbagai strata sosial. Anak muda yang biasanya suka bicara film-film melankolik-platonik, sudah ”riuh-rendah” mengagumi film besutan Roland Emmerich, sutradara berdarah Jerman ini, tanpa mau terikat dan dipusingkan oleh pertimbangan-pertimbangan teologis. Kalangan intelektual-pun mulai ”terbelah” antara kekaguman kreasi anak manusia dengan kekhawatiran akan gugatan norma teologis. Tapi sudahlah, bagi saya bukan zamannya untuk haram-haraman.

Bagi saya, itu adalah tantangan. Kehadiran film 2012 adalah sebuah Sunatullah yang harus direspon dengan baik oleh ”kita” yang mengaku orang muslim. Memvonis bahwa film 2012 meracuni dan menggugat sendi aqidah, justru bisa menjadi counter-produktif. Orang justru akan makin penasaran dengan film tersebut. Buktinya, ketika MUI mengomentari film 2012 dengan wacana ”haram”, justru pada pemutaran perdananya, penonton tak hanya antre di gedung bioskop. Mereka rela menunggu giliran mendapatkan tiketnya. Hampir semua gedung bioskop di Jakarta yang memutar film ini panen penonton. "Pemberitahuan. Tiket Pertunjukan Flm 2012 untuk Hari Ini Sudah Habis,” begitu bunyi pengumuman di loket XXI Djakarta Theatre, Jalan M.H. Thamrin, Jarta Pusat (seperti yang dilansir oleh RCTI). Tak hanya di Indonesia, bahkan di belahan dunia lain pun Film Kiamat 2012 yang dibintangi John Cussack ini menyihir banyak orang. Film itu mengantongi pendapatan sebesar USD 225 juta dari penjualan tiket di seluruh dunia. Angka itu, menurut Contactmusic, Senin 16 November 2009, sudah melebihi biaya produksinya yang USD 200 juta.

”Gempa maha hebat mengoyak kulit bumi. Jembatan putus, jalan terbalik. Gedung-gedung pencakar langit runtuh bak istana pasir. Dari perut taman Yellowstone, Wyoming, Amerika, muncrat jutaan kubik lahar berterbangan seperti bola api. Gelombang laut ganas menggulung daratan hingga ke Himalaya. Gunung-gunung merapi meletus. Bumi yang sudah berusia 4 miliar tahun ini pun tergambar bak rongsokan. Kiamat !!”. Film ini sebenarnya mencoba melahirkan kiamat menurut ramalan Suku Maya yang kalendernya berakhir pada 2012. Menjadi heboh karena bertepatan dengan badai matahari yang ditaksir terjadi pada tahun yang sama. Sejumlah ramalan lain juga dicocok-cocokkan agar sejalan dengan tahun ini. Sebelum film ini muncul, publik sebetulnya telah heboh oleh buku pengetahuan populer berjudul Investigasi Akhir Zaman 2012, karya Lawrence E. Joseph. Dia Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation, New Mexico, Amerika Serikat. Pada bukunya, terjalin unsur ramalan Suku Maya itu dengan pelbagai penelitian ilmiah soal astronomi. Diantaranya, cocok pula dengan perkiraan badai matahari dan sejumlah bencana yang telah terjadi di bumi. Meski terkesan agak ragu, dia meramalkan akan terjadi bencana besar yang meluluhlantakkan bumi pada 2012.

Alkisah, sekitar tahun 250-925 M, hiduplah Suku Maya, di sepanjang pantai utara Semenanjung Yucatan, Meksiko. Mereka terkenal cerdas. Ilmu astronominya kompleks dan akurat. Semua itu terlihat dalam 20 bentuk kalendernya. Lawrance dalam bukunya itu menyebutkan kalender bangsa Maya ini mencatat pergerakan matahari, bulan, planet, masa panen, siklus kehamilan wanita, hingga siklus serangga. Dan jangka waktunya, dari 260 hari hingga 5.200 tahun lebih. Misalnya, kalender 260 hari ini mewakili kehamilan wanita dan juga jumlah hari planet Venus terbit pada pagi hari setiap tahunnya. Sedangkan 5.200 tahun adalah kalender panjang suku Maya. Periode ini disebut satu matahari, tahun surya. Perhitungan satu tahun di suku Maya hanyalah 360 hari, sisanya dianggap di luar waktu. Jadi satu tahun surya, adalah 5.125 tahun. Pergantian tahun matahari inilah yang dianggap akhir zaman. Menurut perhitungan suku Maya, sekarang ini adalah masuk tahun keempat matahari. Jadi mereka sudah melewati tiga tahun matahari. Mengawali tahun matahari dianggap sebagai kelahiran, jadi ada darah dan penderitaan. Tahun keempat matahari ini dimulai sejak 0.0.0.1 (13 Agustus 3114 sebelum masehi). Artinya masa matahari ini hanya bersisa tiga tahun lagi. Bangsa Maya menuliskan 13.0.0.0 (21 Desember 2012). Di akhir tahun matahari, suku Maya percaya, sebagai hari berakhirnya peradaban umat manusia.

Dua penganut agama besar di dunia seperti Islam dan Kristen tak berani membenarkan jadwal kiamat itu. Bahwa di akhir zaman nanti alam semesta hancur, mereka tak membantahnya. Menurut ajaran Islam, soal kiamat berpedoman kepada Al-Quran, dan hadis Rasulullah SAW. “Al-Quran menyebutkan, kiamat adalah ilmu dan ketentuan Allah, tak satupun manusia mengetahuinya, bahkan termasuk Rasulullah dan malaikat.” kata Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Aminudin Yakub. “ Umat Kristen juga percaya dengan kiamat. Menurut Pastur Setyo Wiboyo, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, dalam perspektif Kristiani sudah jelas bahwa Yesus mengatakan tidak ada satu orangpun yang tahu mengenai kapan dan bagaimana kiamat itu. “Malaikat juga tidak tahu, putra atau Yesus sendiri juga tidak tahu. Jadi yang tahu hanya Allah Bapa,” katanya. Tapi sudahlah ............. alangkah lebih baiknya, film di-counter dengan film sejenis atau diskusi yang lebih akademik dengan bungkusan teologis. Kehadiran ”film” Rambo dan sejenisnya, setidaknya bisa memberi pelajaran bagi kita. Terlepas film Rambo merupakan salah satu bentuk justifikasi paling vulgar dari kekalahan Amerika Serikat dari Vietnam, namun film Rambo dan sejenisnya mampu mempengaruhi opini masyarakat (setidaknya : yang menonton), bahwa Amerika Serikat tetap unggul. Hicks.

Insert : Bilboard Film 2012 dan Kalender Suku Maya (Foto : www.okezone.com)

Tidak ada komentar: