Senin, 12 Oktober 2009

G 30 S (Baca : Gempa Tiga Puluh September) : "Pesta Perkahwinan Tanpa Tamu Undangan"

Oleh : Muhammad Ilham

Biasanya, ditengah kondisi setragis apapun, terselip cerita-cerita indah, memilukan ataupun membuat kita nelangsa. Salah seorang kolega saya sesama dosen-pensyarah di Fakultas Ilmu Budaya-Adab IAIN Imam Bonjol Padang, berniat melaksanakan pesta perkahwinan pada hari Sabtu tanggal 3 Oktober 2009. Tempatnya, di Gedung Serba Guna IAIN Imam Bonjol Padang. Undangan "dari bahan cukup berkelas" jauh hari telah disebarkan. Tapi apa nyana, Gedung yang ingin dipakai itu, retak "urat nadi" dan berpotensi membuat takut para undangan. Apalagi, mayoritas para undangan itu, memiliki problem tersendiri pasca gempa terjadi. Akhirnya, pesta dilewatkan dan menjadi catatan "manis-mengecewakan" bagi ke dua pengantin. Demikian juga kisah-kisah lain di beberapa tempat. Pasca 'Idhul Fithri jelang 'Idhul 'Adha merupakan waktu indah nan sakral bagi masyarakat Minangkabau untuk melaksanakan perhelatan anak-cucu -kemenakan mereka. Tidaklah mengherankan kemudian, muncul berbagai cerita suka duka di seputar perhelatan perkahwinan, di antaranya seperti yang di alami pasangan Syahrial (25) dengan Izzah (22).

Niat hati pulang sejenak dari perantauan di Jakarta untuk melaksanakan pesta perkawinan. Namun apa mau dikata, saat pesta perkawinan digelar justru tidak ada tamu undangan yang datang. Ini semua gara-gara gempa. Ini sekelumit cerita di balik musibah gempa yang mengguncang Bumi Minang. Usai lebaran atau bulan Syawal dianggap hari yang baik dilaksanakannya pernikahan. Begitu juga dengan pasangan pengantin Syarial dengan Izah warga Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Usai lebaran sepekan lalu, keduanya telah berencana mengakhiri masa lajang. Usai akad nikah, mereka pun menyebarkan undangan yang tertulis pesta perkawinan akan diselenggarakan Kamis (1/10/2009). Segala persiapan pun dilakukan. Tenda telah dipesan, pelaminan telah ditampilkan serta segala macam hidangan daging untuk tetamu pun telah siap dimasak.Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Sehari sebelum pesta dilaksanakan, Rabu (30/9/2009) Bumi Minang diterjang gempa. Ribuan rumah ambruk rata dengan tanah. Bersyukur rumah sang pengantin hanya roboh di bagian dapur saja. Walau baru dilanda gempa, pesta perkawinan tetap dilangsungkan. Mempelai mengenakan pakaian adat Minang. Mereka berdua duduk di pelaminan. Tetapi, tamu undangan tidak ada yang datang. Pesta pun hanya diramaikan beberapa keluarga terdekat saja.

"Pesta tetap dilaksanakan walau tanpa undangan. Mereka tetap foto-foto bersama keluarganya. Pengantinnya bilang, momen foto duduk di pelaminan itu sangat penting untuk kenang-kenangan, walau pestanya tanpa dihadiri tamu," ungkap Jon Hendra, kakak sepupu sang mempelai pria. Senyum bahagia tetap terpancar dari wajah kedua mempelai. "Tidak mungkin dibatalkan, sebab urusan sewa tenda, baju pelaminan semuanya sudah dibayar duluan. Begitu juga dengan masak daging. Jadi nggak mungkin pesta dibatalkan begitu saja," cerita Jon yang kesehariannya bekerja sebagai petani. Karena tak ada tamu undangan yang datang, akhirnya daging yang sudah dimasak dibagi-bagikan ke korban gempa.

(Insert : Salah satu bangunan yang roboh akibat gempa/Sumber : www.detiknews.com)

Tidak ada komentar: